“PETIK (Pemanfaatan Limbah Kakao)” Sebagai Bahan Biogas

  • Muhammad Fikri
Keywords: Limbah kakao, Biogas, Fermentasi, tabbing gester

Abstract

Di Kabupaten Mamuju limbah kulit kakao jumlahnya melimpah dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Limbah kakao dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang berdampak pada kesehatan manusia. Kulit kakao merupakan limbah organik yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas. Biogas dapat diperoleh dengan menggunakan prinsip fermentasi. Limbah kulit kakao dicampurkan dengan kotoran sapi dan bahan tambahan lainnya, kemudian dimasukkan dalam tabung digester, kemudian difermentasikan selama 14-20 hari di dalam ruang yang gelap dan hangat. Hasil fermentasi campuran kulit kakao dan kotoran sapi menghasilkan biogas berupa gas metana yang dapat terbakar. Makin banyak bahan yang digunakan akan menghasilkan biogas yang lebih banyak pula. Hasil inovasi ini dapat membantu masyarakat dalam mengurangi biaya untuk membeli bahan bakar dalam rumah tangga.

In Mamuju, cocoa peel waste is abundant and has not been utilized optimally. Cocoa waste can lead to environmental pollution that affects human health. Cocoa peel is an organic waste that can be used to produce biogas. Biogas obtained by using fermentation principle. The cocoa skin waste is mixed with cow dung and other additives, then put in a digester tube, then fermented for 14-20 days in a dark and warm room. The result of fermentation of cocoa peel mixture and cow dung produces biogas in the form of methane gas which is a flammable gas. The more materials used will produce more biogas. The results of this innovation can help people in reducing the cost of buying fuel in the household.

Published
2018-10-25
How to Cite
Fikri, M. (2018). “PETIK (Pemanfaatan Limbah Kakao)” Sebagai Bahan Biogas. Jurnal Ilmiah Maju, 1(1), 57-59. Retrieved from https://ojs.balitbang.sulbarprov.go.id/index.php/maju/article/view/12